LAPORAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA
DENGAN PERUSAHAAN LUAR NEGERI
Neraca Pembayaran
Neraca
pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya
satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa,
hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Umumnya
neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan dan neraca lalu lintas
modal dan finansial, dan item-item finansial.
Neraca
pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi
perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar
negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai
laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu negara. Neraca
pembayaran secara esensial merupakan sistem akuntansi yang mengukur kinerja
suatu negara. Pencatatan transaksi dilakukan dengan pembukuan berpasangan
(double-entry bookkeeping system), yaitu; tiap transaksi dicatat satu sebagai
kredit dan satu lagi sebagai debit.
Tujuan
Neraca Pembayaran
a.
Sebagai bahan keterangan kepada pemerintah mengenai
posisi internasional negara yang bersangkutan.
b.
Sebagai bahan bagi pemerintah dalam mengambil keputusan
dibidang pilitik perdagangan dari urusan pembayarannya.
c.
Sebagai bahan untuk membantu pemerintah dalam mengambil
keputusan di bidang politik moneter dan fiskal.
Fungsi neraca pembayaran
1.
Mengambil langkah-langkah di bidang
ekonomi (ekspor/impor, hubungan uang piutang, penanaman modal)
2.
Mengambil kebijakan di bidang
moneter dan fiscal.
3.
Mengetahui pengaruh hubungan ekonomi
internasional terhadapa pendapatan nasional
4.
Mengambil kebijakan di bidang
politik perdagangan internasional
5.
Mendapatkan gambaran tentang
pengaruh transaksi luar negri terhadap pendapatan nasional
6.
Sebagai suatu alat pembukuan dan
alat pembayaran luar negeri agar pemerintah dapat mengambil keputusan, apakah
negara dapat melanjutkan masuknya barang-barang luar negeri dan dapat
menyelesaikan pembayaran tepat pada waktunya.
7.
Sebagai suatu alat untuk mengukur
keadaan perekonomian dalam hubungan internasional dari suatu negara.
Penggolongan
Komponen Neraca Pembayaran
Neraca
pembayaran digolongkan menjadi beberapa komponen, yaitu sebagai berikut:
1. Neraca
Transaksi berjalan (Current Account)
Neraca transaksi
berjalan mencatat semua transaksi ekspor dan impor barang, perbandingan nilai
ekspor dan impor barang, pendapatan investasi, pembayaran cicilan pokok utang
luar negeri, serta saldo kiriman dan transfer uang dari dank Ke luar negeri
baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.
2. Neraca
Transaksi Modal (Capital Account)
Neraca transaksi
modal mencatat nilai investasi langsung pihak swasta asing (Foreign Ditect
Invesdment), pinjaman luar negeri yang diberikan oleh perbanakan swasta
internasional, serta pinjamana dan hibah dari negraa laian atau lembaga-lembaga
donor seperti IMF dan bank dunia.
3. Neraca
Tunai (Cash Account) atau Neraca Internasional
Neraca tunai pada dasarnmya hanyalah
transaksi penyeimbang antara total pengeluaran yang ada pada transaksi berjalan
dengan transaksi modal melebihi total penerimaan
Sistem
Pencatatan Neraca Pembayaran
1.
Transaksi Debet
Adalah transaksi yang menyebakan terjadinya pembayaran
kepada penduduk negara lain atau transaksi yang menyebabkan arus uang keluar
yang terjadi antar negara. Transaksi ini disebut transaksi negatif (-), yaitu
transaksi yang menyebabkan berkurangnya posisi cadangan devisa.
2.
Transaksi Kredit
Adalah transaksi yang menyebabkan terjadinya penerimaan dari
penduduk negara lain atau transaksi yang menyebabkan arus uang masuk yang
terjadi antarnegara. Transaksi ini disebut juga transaksi positif (+), yaitu
transaksi yang menyebabkan bertambahnya posisi cadangan devisa negara..
Ukuran-Ukuran Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran dapat disusun
dengan mengkombinasi pos-pos neraca pembayaran berikut :
1.
Basic
balance focus pada transaksi-transaksi yang
dianggap penting bagi kesehatan ekonomis valuta. Basic balance menyeimbangkan
neraca berjalan dan arus modal jangka panjang, namun tidak mengikutsertakan
arus modal jangka pendek, seperti deposito deposito bank yang sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor temporer; kebijakan moneter jangka pendek,
perubahan-perubahan dalam suku bunga dan antisipasi-antisipasi fluktuasi
valuta. Basic balance menekankan trend jangka waktu yang lebih
panjang pada neraca pembayaran.
2.
Net
liquidity balance (neraca likuiditas neto) atau neraca
keseluruhan meliputi basic balance ditambah arus modal jangka pendek
tidak likuid pihak swasta dan error and omission. Neraca Keseluruhan
mengukur perubahan pinjaman pihak swasta domestik atau pinjaman pihak swasta
domestik ke luar negeri yang dibutuhkan untuk mempertahankan pembayaran dalam
posisi equilibrium tanpa menyesuaikan cadangan devisa. Arus modal swasta
jangka pendek tidak likuid dan error and omission tercatat dalam neraca,
sementara aset dan hutang likuid tidak dicatat (dikeluarkan).
3.
Neraca
transaksi cadangan devisa menunjukkan
penyesuaian cadangan devisa yang akan dibuat untuk mencapai equilibrium neraca.
Karena neraca pembayaran harus diseimbangkan, tiap perbedaan yang tidak dapat
ditelusuri atas transaksi-transaksi tertentu dicatat dalam statistical
discrepancy (selisih yang belum dapat diperhitungka.
Perkembangan Neraca
Pembayaran Indonesia Dan Beberapa Indikator Ekonomi
Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2011 mencatat surplus USD7,7 miliar. Baik
transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial memberikan kontribusi
positif terhadap surplus tersebut. Sejalan dengan itu, jumlah cadangan devisa
pada akhir triwulan I 2011 bertambah menjadi USD105,7 miliar atau setara dengan
6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Tren penyusutan
surplus transaksi berjalan yang terjadi sejak triwulan IV 2009 tertahan di
triwulan I 2011 dengan membukukan surplus sebesar USD1,9 miliar, lebih tinggi
dibandingkan surplus USD1,1 miliar pada triwulan IV 2010. Perbaikan kinerja
transaksi berjalan tersebut lebih disebabkan oleh turunnya pembayaran
pendapatan, khususnya bunga utang, dan pembayaran jasa travel terkait
berlalunya musim haji yang keduanya bersifat musiman. Penguatan transaksi
berjalan lebih lanjut terhambat oleh penurunan kinerja neraca perdagangan
barang karena tingginya impor minyak akibat penurunan produksi nasional dan
peningkatan konsumsi BBM di tengah kenaikan harga minyak di pasar
internasional.
Transaksi
modal dan finansial pada triwulan I 2011 mencatat surplus USD6,2 miliar,
ditopang oleh kinerja investasi langsung dan investasi portofolio. Investasi
langsung di Indonesia masih terus meningkat sejalan dengan iklim investasi yang
semakin kondusif dan stabilitas makroekonomi yang terjaga. Sementara itu,
derasnya arus masuk investasi portofolio didorong oleh masih tingginya ekses
likuiditas di pasar keuangan global dan relative menariknya imbal hasil
investasi di dalam negeri.Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada Tw. I-2011
mencatat surplus USD7,7 miliar, ditopang oleh surplus transaksi berjalan maupun
transaksi modal dan finansial, masing-masing sebesar USD1,9 miliar dan USD6,2
miliar. Penguatan surplus transaksi berjalan di triwulan laporan tertahan oleh
tingginya transaksi impor terutama impor produk minyak akibat produksi minyak
yang menurun dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang meningkat di tengah
harga minyak di pasar internasional yang masih cenderung naik. Di sisi lain,
surplus transaksi modal dan finansial terutama ditopang oleh arus masuk modal
jangka panjang (PMA) dan investasi portofolio yang meningkat. Sejalan dengan
perkembangan NPI dimaksud, jumlah cadangan devisa pada akhir periode naik
mencapai USD105,7 miliar.
Beberapa faktor
yang mempengaruhi perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia selama Tw. I-2011, antara
lain:
·
Harga
komoditas yang masih meningkat di Tw. I-2011 serta proses perbaikan ekonomi
dunia yang masih berlangsung mendorong pertumbuhan total ekspor tetap tinggi.
·
Pertumbuhan
ekonomi Tw. I-2011 cukup tinggi mencapai 6,5%, yang didukung oleh pertumbuhan konsumsi
rumah tangga dan investasi yang cukup tinggi masing-masing sebesar 4,5% dan
7,3%. Perkembangan ini mendorong berlangsungnya akselerasi pertumbuhan impor
nonmigas.
·
Penghentian
produksi secara tidak terduga (unplanned shutdown), masalah offtaker proyek,
dan kendala bawah tanah (subsurface) menyebabkan produksi minyak
nasional turun dari triwulan sebelumnya sebesar 0,912 juta barel per hari (bph)
menjadi sebesar 0,908 juta bph pada Tw. I-2011. Penurunan produksi minyak yang
terjadi di tengah konsumsi BBM yang relatif tinggi menyebabkan kebutuhan impor
minyak meningkat. Kenaikan volume impor minyak, disertai oleh harga minyak di
pasar internasional yang juga terus naik, memberikan andil terhadap kenaikan
defisit neraca perdagangan minyak.
·
Di
sisi lain, terjaganya stabilitas kondisi makroekonomi Indonesia, prospek bisnis
ke depan yang baik, dan imbal hasil investasi dalam aset rupiah yang relatif
menarik dibandingkan negara berkembang, mendorong arus masuk modal asing dalam
bentuk investasi portofolio dan investasi langsung tetap deras. Hal ini juga berimplikasi
pada apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dari Rp8.963/USD (Tw.
IV-2010) menjadi Rp8.899/USD.


Transaksi
berjalan Tw. I-2011 mencatat surplus USD1,9 miliar, lebih baik dari surplus
USD1,1 miliar pada triwulan sebelumnya. Kenaikan surplus tersebut lebih banyak
didukung oleh perbaikan neraca perdagangan jasa dan pendapatan karena factor musiman
terkait berlalunya musim haji dan penurunan pembayaran bunga pinjaman luar
negeri, sementara surplus neraca perdagangan barang menyusut.

Neraca
Perdagangan Barang
Surplus
neraca perdagangan barang pada Tw. I-2011 turun USD0,8 miliar dibanding
triwulan sebelumnya menjadi sebesar USD8,4 miliar akibat impor yang tumbuh
32,6%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekspor (30,2%, y.o.y). Penurunan kinerja
neraca perdagangan barang berasal dari lebih rendahnya surplus neraca
perdagangan barang nonmigas dan melebarnya defisit neraca minyak. Neraca
perdagangan nonmigas pada Tw. I-2011 mencatat surplus USD8,3 miliar, lebih
rendah dari surplus USD9,1 miliar pada periode sebelumnya. Penurunan surplus
ini terjadi karena, dibandingkan triwulan sebelumnya, ekspor nonmigas mengalami
penurunan dalam jumlah yang lebih besar daripada penurunan impor nonmigas. Meski
demikian, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, ekspor dan
impor nonmigas masih mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, masing-masing
sebesar 29,7% dan 26,2%.

Penyusutan
surplus neraca perdagangan barang juga disumbang oleh defisit neraca
perdagangan minyak yang melebar menjadi USD3,4 miliar pada periode laporan dari
defisit USD2,9 miliar pada triwulan sebelumnya. Kenaikan defisit perdagangan
minyak terjadi karena peningkatan volume impor minyak akibat turunnya produksi
minyak nasional dan tingginya konsumsi BBM, di tengah harga minyak yang meningkat.
Penurunan surplus neraca perdagangan barang sedikit tertahan oleh neraca
perdagangan gas yang membukukan surplus USD3,5 miliar, naik 16,7% dari triwulan
sebelumnya. Dengan perkembangan ini surplus neraca perdagangan migas pada
triwulan laporan menyusut menjadi USD87 juta dibanding surplus USD135 juta pada
triwulan sebelumnya.

NAMA : TRI YUONO SAPUTRA
NPM : 21208520
KELAS : 4EB14
TUGAS : Neraca Perdagangan Indonesia dengan
Perusahaan Luar Negeri